Proyeksi Pendidikan Abad 21 Bapak Anies

 Stigma menyalahkan lingkungan, menuding lembaga pendidikan bahkan pembiaran dari sebuah sistem birokrasi yang selalu melahirkan kekejaman sosial  manakala terjadi kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh tenaga profesi

Pustaka RSUD dr. Fauziah Bireuen

Permasalahan saling menyalahkan tersebut kemudian secara terus menerus memicu pemangku kebijakan pendidikan berupaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan sampai pada penanaman pendidikan karakter bagi peserta didik. Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian melahirkan adanya revisi dan perubahan pada kurikulum. Semua itu demi perbaikan hasil pendidikan di Indonesia khususnya di aceh, sehingga permasalahan " dugaan " penyimpangan terhadap profesi bisa terjawab. Pertanyaannya: Apakah ini sudah berjalan di tempat kita masing-masing.

Mari kita coba satu persatu.

Lingkungan, konon katanya karakteristik akan berpengaruh karena lingkungan, okey kita skip..

Ilustrasi.

  1. Ikan dilaut mulai dari telur sampai dewasa hidup di air yang asin, namun di saat kita masak tetap butuh garam untuk mengasinkannya.
  2. Nabi Muhammad itu di lahirkan di zaman Jahiliyah namun beliau tidak berpengaruh dengan rezim dan tatanan budaya Jahiliyah, malahan beliau pembaharu terhadap jaman tersebut.
 Lingkungan Pendidikan

Ilustrasi.

“Pintu ditendang anak kecil hancur bukan karena hebatnya tendangan anak kecil namun pintu tersebut sudah rusak sebelumnya.”

seorang remaja putra suka ikutan balap, ngumpul dan merokok secara bebas, kadang sampai sudah dini hari masih di coffe shop dengan game online nya. pertanyaannya- adakah lingkungan pendidikan (sekolah) mengajari ini dan bahkan bertanggung jawab terhadap hal tersebut?

ilustrasi di atas memang sederhana, namun sesungguhnya memiliki makna begitu luas dan membangun kesadaran bagi kita masing bermasing. kita harus membasuh wajah moral masing-masing dari seluruh aspek kehidupan ini. Blind justice (hukum rimba) harus dihentikan. Inti dari pernyataan tersebut adalah bahwa rusaknya tatanan moral bagi anak-anak bukan semata-mata disebabkan oleh lingkungan atau sekolah. Sementara lingkungan atau sekolah juga berisikan anak-anak kita anak anda, maka siapa pun kita punya tanggung jawab yang sama dan harus menyadari bagaimana sikap dan perilaku orang tua dalam memberikan pembelajaran dasar kepada anak. kalau orang disana menyebutnya "Al Madrasatul Ula" adalah rumah dan orang tua.

Ketika pendidikan adalah sebuah proses, kiranya bagaimanakah output yang dituju dari proses tersebut. Dalam sebuah pidatonya, Prof. Anies Baswedan menjelaskan bahwa ada 3 komponen utama yang mendasar sebagai proyeksi pendidikan abad 21, yakni karakter, kompetensi, dan literasi.

ini penjelasannya 👇👇

Ketika pendidikan adalah sebuah proses, kiranya bagaimanakah output yang dituju dari proses tersebut. Dalam sebuah pidatonya, Prof. Anies Baswedan menjelaskan bahwa ada 3 komponen utama yang mendasar sebagai proyeksi pendidikan abad 21, yakni karakter, kompetensi, dan literasi.

  1. Karakter

Karakter atau dalam agama kita lebih mengenalnya dengan sebutan ‘akkhlak’ adalah dasar utama pendidikan. Tanpa dasar utama ini, sepintar apapun seseorang, maka proses pendidikan telah gagal dalam mewujudkan insan paripurna. Prof. Anies Baswedan menjelaskan karakter ini dalam 2 bagian, yakni karakter moral dan karakter kinerja.

  • Karakter Moral: Iman, Takwa, Jujur, Rendah Hati, dan lainnya.
  • Karakter Kinerja: Kerja Keras, Ulet, Tangguh, Tak Mudah Menyerah, Tuntas, dan lainnya.

Kedua bagian karakter ini, moral dan kinerja, tidak boleh terpisahkan. Karena tentu kita tidak ingin proses pendidikan melahirkan pribadi yang jujur tapi malas, dan pekerja keras tapi culas.

  1. Kompetensi

Karakter perlu beriringan dengan kompetensi. Karena kompetensi terkait dengan kontribusi yang dapat diberikan seseorang dalam menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan kehidupan. Kompetensi ini dijelaskan Prof. Anies Baswedan dalam 4 poin, yakni:

  • Berpikir Kritis
  • Kreatif
  • Komunikatif (mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan)
  • Kolaboratif (bisa bekerja sama)
  1. Literasi (Keterbukaan Wawasan)

Keterbukaan wawasan akan membantu seseorang dalam memandang persoalan secara utuh. Tidak melihat dari satu sisi saja yang dapat membuatnya jatuh pada ketidakadilan. Hendaknya, seseorang memiliki keterbukaan wawasan dalam 4 aspek, sebagaimana yang disampaikan Prof. Anies Baswedan, berupa Literasi Baca, Budaya, Teknologi, dan Keuangan.

  • Literasi Baca
  • Literasi Budaya
  • Literasi Teknologi
  • Literasi Keuangan

Salah satu yang menarik dalam penjelasan beliau adalah kondisi di mana minat baca masyarakat Indonesia tinggi, tapi daya bacanya rendah. Indikasinya adalah minat baca WA tinggi, tapi daya baca buku rendah. Menyerah ketika membaca buku-buku tebal. Ketika tulisan agak panjang, skip.

Berbicara literasi saya kasih panjang lebar deh karena saya banyak masukan ne dari dua ibu disamping tu 👈👈

 

Beliau yang satunya tu da master literasi uda hampir mau jadi legend kalau di tahta game anak saya. yang satunya lagi lawan diskusi dan sekalian lawan debat saya masalah pendidikan di jaman Now.

Pokoknya bagi saya ingin tau tentang literasi, sama beliau beliau itu sudah cukup dah..😌 https://www.ayi.my.id/


 oya hampir lupa ne tambahannya..👇👇

Literasi menurut Kemendikbud (2016:2) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara  cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. Seiring berjalannya waktu, kini literasi tidak hanya sekedar tentang aktivitas membaca dan menulis. Konsep literasi saat ini lebih berkembang meliputi aspek-aspek kehidupan. Semakin maju dan berkembang zaman akhirnya menghadirkan konsep literasi yang bermacam-macam mengikuti arus perubahan zaman. Ada enam komponen dasar literasi yaitu:

a. Literasi Baca-Tulis
Literasi Baca-Tulis sudah umum dikenal yaitu pemahaman dan kecakapan dalam membaca dan menulis berkaitan teks bacaan maupun lingkungan, pemahaman yang dimiliki tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Literasi Numerasi
Literasi numerasi merupakan pngetahuan dan kemamuan untuk mengaplikasikan symbol matematika dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Pada literasi numerasi juga adanya tuntutan pemahaman dan kecakapan dalam menganalisis informasi yang disajikan dalam bentuk rafik, table, bagan dan lain-lain. Secara sederhananya adalah kemampuan mengoperasikan keterampilan operasi hitung dalam kehidupan sehari-hari.

c. Literasi Sains
Standar Pendidikan Sains Nasional mendefinisikan literasi sains berarti bahwa seseorang dapat meminta, mencari, atau menentukan jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari. Dalam hal ini seseorang dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki terkait tentang konsep dan proses sains mampu diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan masyarakat.

d. Literasi Budaya dan Kewargaan
Dalam Kemendikbud (2017:3) Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewaraan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.

e. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Literasi TIK adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan atau jaringan dalam mendefinisikan, mengakss, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menciptakan dan mengkomunikasikan informasi secara baik dan legal dalam rangka membangun masyarakat berpengetahuan.

f. Literasi Keuangan
Menurut Manurung (2009:24) literasi keuangan adalah seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan eseorang individu untuk membuat keputusan dan efektif dengan semua sumber daya keuangan mereka. Dapat ditarik kesimpulan bahwa literasi keuangan ini berkaitan dengan kemampuan memanajemen atau mengelola sumber daya keuangan yang dimiliki.
 
Masih ragu atau kurang, KLIK dan dengar sendiri ya pidato sepupu saya 👇
 
 
Demikianlah...hahaha
Gak nyambung yaaa..gak pa lah maafin aja
Kesimpulan: 
Pendidikan sekolah dan strata tidak menjamin orang itu baik, SETUJU ??
kalaupun terjadi itu bukanlah hasil didikan namun itu OKNUM,,,FAHAMkan ?
Yang layak kita sebut untuk akhir jaman ini adalah Karakter itu sangat di pengaruhi oleh bagaimana keadaan AL MADRASATUL ULA nya...COCOK ?
Kita tidak mampu memuaskan semua orang apalagi menutup semua mulut komentar orang terhadap sebuah profesi. kata guru saya tangan kita cuma dua tidak mungkin  bisa menutup mulut yang begitu banyak, yang bisa kita lakukan hanyalah menutup kedua telinga sendiri, dan menulis tulisan ini...hihihihi😜😛😁😀
 
mohon tambahan dan koreksi dari para SUHU tapi yang sopan ya 😎 No Bullying. 😈😈
 
Sebenarnya....
saya cuma mau bilang bahwa DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN sudah ada PUSTAKA lho itu ajah..
Datang aja liat liat dulu mana tau suka dan cinta...


 



Komentar

  1. Best myhusband..giat lg nulis2 nyaaa terus berekspresi

    BalasHapus
  2. Mantap papa dek Abi, trims banyak ya photo km ikut di pajang di karya terkeren nya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOP KAMAR OPERASI

Bentuk dan Makna Logo RSUD dr. Fauziah Bireuen

ALLAH sebaik baik pemberi rezeki